Rabu, 16 Januari 2013

Mengapa Langit Di MalamHari Begitu Gelap?







Sore kawan-kawan kali ini ane bakal ngebahas tentang langit malam yang gelap...
Mengapa langit dimalam hari gelap?

dari pertanyaan di atas pasti semua bilang karena ga ada cahaya matahari yang menyinari bagian yang gelap... salah

sebenernya langit di siang hari itu terang bukan karena matahari yang ngasih cahaya tapi matahari itu yang membuat jalanan dan benda2 yang lain terlihat... sedangkan yang membuat warna itu sebenernya atmosphere kita... jadi mau siang mau malam sama aja.

tapi kenapa keliatannya item atau gelap? nah ini ada hubungannya dengan alam semesta atau biasa di sebut universe itu mengembang...

dampak dari universe mengembang adalah "doppler shift" atau biasa di sebut "red shift" dan "blue shift" apa itu doppler shift?

doppler shift adalah perubahan warna dari sebuah cahaya yang terjadi apabila light source atau sumber cahaya tersebut menjauh kita dalam kecepatan cahaya

gini deh biar gampang, perna nonton starwars atau pernah nonton F1? bunyi mobilnya kan "NGEEEEEEEEEEEEOOOOOONG" kurang lebih begitu.. nah itu doppler effect, jika sumber suara mendekat nadanya akan meninggi, sedangkan jika sumber suara menjauh maka nadanya akan makin rendah dan theory ini di terapin di cahaya.. tapi bukan dari perubahan suara tapi cahanyanya..

jika sumber cahayanya menjauh maka warnanya akan memerah, dan jika sumber cahaya mendekat maka warnanya akan berubah menjadi biru

terus apa hubungannya? jadi anggep universe itu adonan roti yang di atasnya di taruh kismis (bintang), lalu di masukan di dalam oven dan di nyalakan ovennya.. apa yang terjadi? kismis2 itu akan menjauh dari kismis yang satu dan yang lain..

nah pada saat bintang menjauh tersebut warna mereka akan berubah menjadi merah semakin jauh mereka menjauh warnanya semakin memerah dan menjadi INFRA RED! dan itu lah mengapa kita tidak bisa melihat semua bintang dan mengapa kalau di malam hari itu gelap.. dan sebenarnya kalau malam hari itu langit tidah sepenuhnya gelap

dan mengapa hubble telescope yang nasa punya bisa mengambil gambar dari bintang2 yang banyak di luar sana.. dia memakai infrared untuk mengabil gambar2 tersebut

Selasa, 08 Januari 2013

Kecepatan Cahaya







Pagi kawan-kawan Astro. Apa kabar kalian hari ini?? Semoga baik-baik saja..
Pagi kali ini saya mau membahas tentang Kecepatan Cahaya..
Dalam ilmu fisika modern Kecepatan tertinggi di alam semesta itu adalah kecepatan cahaya. Seberkas cahaya mampu melesat dengan kecepatan 300.000 km/detik. Hanya sesuatu yang sangat ringan saja yang bisa memiliki kecapatan demikian tinggi itu. Bahkan saking ringannya, maka sesuatu itu harus tidak memiliki massa atau bobot sama sekali. Jika sesuatu memiliki bobot – meskipun hampir nol – ia tidak bisa mengalami kecepatan cahaya. Yang bisa melakukan kecepatan itu Cuma Photon saja, yaitu kwantum2 penyusun cahaya. Bahkan electron yang bobotnya dikatakan hampir nol pun tak bisa memiliki kecepatan setinggi itu.

Jadi apakah manusia sanggup mencapai kecepatan cahaya??? berikut jawabannya, sekarang kita coba memahami zat-zat penyusun tubuh manusia, maka kita akan mendapati bahwa badan kita tersusun dari organ2 tubuh , seperti otak, jantung, paru2, liver, daging, tulang, dan lain sebagainya.
Berbagai organ tubuh itu juga tersusun dari bagian yang lebih kecil yang disebut sel. Ada sel2 jantung, ada sel2 otak, sel darah, sel tulang, sel saraf, daging liver dan sebagainya.

Jika dilihat lagi penyusunnya, maka berbagai macam sel itu tersusun dari molekul2. Baik yang sederhana maupun molekul yang sangat kompleks. Mulai H2O sampai pada rantai molekul asam amino atau protein2 kompleks lainnya. Tidak hanya sampai itu saja jika kita cermati lebih detail lagi, maka molekul2 itu juga tersusun dari bagian yang lebih kecil yang disebut atom. Dan ternyata atom juga tersusun dari partikel sub atomic seperti proton, neutron electron dan lain sebagainya.


Seluruh bagian2 penyusun itu bergandengan satu sama lain dengan menggunakan energy ikat, supaya tidak tercerai berai, yang keseluruhannya berkolaborasi membentuk tubuh kita. Maka dari itu lah seorang manusia lantas memiliki bobot yang cukup berat. Jadi benda seberat itu tentu tidak bisa dipercepat dengan kecepatan yang terlalu tinggi, jangankan kecepatan cahaya, dengan percepatan beberapa kali gravitasi bumi (G) saja sudah akan mengalami kendala serius dan bisa meninggal dunia

Sebagai contoh seorang pilot pesawat tempur ketika dia melakukan gerakan manuver di angkasa seperti gerakan vertical naik ke langit atau manuver jatuh kebumi. Saat itu dia akan mengalami tekanan sesuai dengan besarnya percepatan yang dia lakukan. Jika di bermanuver ke langit dengan percepatan 2 kali gravitasi bumi (2G), maka badannya akan mengalami tekanan dua kali lipat dari berat badannya. Kalau bobotnya pada kondisi normal 80 kg, maka pada saat melakukan manuver bobotnya akan menjadi 160 kg. Demikian pula anggota2 badannya juga akan mengalami perlipatan bobot. Jika kepalanya berbobot 10 kg, maka pada saat manuver itu kepalanya akan memiliki bobot 20 kg. demikian pula tangannya, kakinya, dan seluruh organ tubuhnya menjadi dua kali lipat bobot semula. Jadi bisa agan2 sekalian bayangkan bagaimana jika pilot2 tersebut melakukan manuver lebih dari percepatan itu. Padahal banyak pilot yang melakukan manuver sampai 5G.

Kecepatan2 yang ane ceritakan itu masih tergolong rendah untuk ukuran alam semesta. Dengan kecepatan seperti itu saja badan manusia sudah tidak kuat menanggung bebannya, apalagi jika kita main2 dengan kecepatan cahaya yang perdetiknya bisa mencapai 300.000 km. Sungguh badan manusia tidak akan mampu menahannya.

Apa yang akan terjadi jika manusia mencapai kecepatan cahaya???, yg akan terjadi adalah badan manusia akan tercerai berai menjadi partikel2 sub atomic sebelum mmencapai kecepatan cahaya. Kenapa bisa demikian????
Seperti yang ane jelaskan diatas, tubuh manusia tersusun dari partikel2 sub atomic yang saling bergandengan menggunakan binding energy alias “energy ikat”. Nah ketika dipercepat dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka muncullah gaya yang berlawanan dengan energy ikat tersebut. Semakin tinggi kecepatan yang diberikan kepada benda, maka energy yang melawan binding energy tersebut semakin besar. Sehingga, suatu ketika tubuh manusia itu akan ‘buyar’ menjadi partikel2 kecil Karena tekanan yang dasyat itu. Subhanallah……


Jadi dengan seperti itu kenyataannya
Apakah manusia selamanya tidak bisa mencapai kecepatan cahaya ???
Ada suatu teori yang membuat benda yang memiliki massa atau berat dapat melakuan kecepatan cahaya. Teori tersebut dinamakan teori Annihilasi. Teori ini mengatakan bahwa setiap materi (zat) memiliki anti materinya. Dan jika materi direaksikan dengan anti materinya, maka kedua partikel tersebut bisa lenyap berubah menjadi seberkas cahaya atau sinar gamma.

Hal ini telah dibuktikan di laboratorium nuklir bahwa jika partikel proton direaksikan dengan antiproton, atau elektron dengan positron (anti elektron), maka kedua pasangan tersebut akan lenyap dan memunculkan dua buah sinar gamma, dengan energi masing-masing 0,511 MeV (Multiexperiment Viewer) untuk pasangan partikel elektron, dan 938 MeV untuk pasangan partikel proton.

Sebaliknya apabila ada dua buah berkas sinar gamma dengan energi sebesar tersebut di atas dilewatkan melalui medan inti atom, maka tiba-tiba sinar tersebut lenyap berubah menjadi 2 buah pasangan partikel tersebut di atas. Hal ini menunjukkan bahwa materi bisa dirubah menjadi cahaya dengan cara tertentu yang disebut annihilasi dan sebaliknya. Tetapi itu masih sebuah teori yang belum pernah di uji cobakan kepada seorang manusia dan masih akan ditunggu percobaan demi percobaan atas teori tersebut. Jadi masih ada kemungkinan suatu saat manusia bisa menembus batas kecepatan cahaya sehingga dapat menjelajah luar angkasa dan kembali ke masa lampau. Allahualam……….

Senin, 07 Januari 2013

Sejarah Perkembangan Astronomi






Siang kawan-kawan. Apa kabar hari ini? Semoga baik-baik saja.. Bagi yang hari ini kembali masuk sekolah tetap semangat ya.. Langsung aja deh kali ini ane bakal ngebahas tentang Sejarah Perkembangan Astronomi.

A. Perkembangan Astronomi Pada Zaman Prasejarah

Jejak astronomi tertua ditemukan dalam peradaban bangsa Sumeria dan Babilonia yang tinggal di Mesopotamia (3500 - 3000 SM). Bangsa Sumeria hanya menerapkan bentuk-bentuk dasar astronomi. Pembagian lingkaran menjadi 360 derajat berasal dari bangsa Sumeria.

Orang Sumeria juga sudah mengetahui gambaran konstelasi bintang sejak 3500 SM. Mereka menggambar pola-pola rasi bintang pada segel, vas, dan papan permainan. Nama rasi Aquarius yang dikenal saat ini berasal dari bangsa Sumeria.

Astronomi juga sudah dikenal masyarakat India kuno. Sekitar tahun 500 SM, Aryabhata melahirkan sistem matematika yang menempatkan bumi berputar pada porosnya. Aryabhata membuat perkiraan mengenai lingkaran dan diameter bumi. Brahmagupta (598 - 668) juga menulis teks astronomi yang berjudul Brahmasphutasiddhanta pada 628. Dialah astronom pendahulu yang menggunakan aljabar untuk memecahkan masalah-masalah astronomi.

Masyarakat Cina kuno 4000 SM juga sudah mengenal astronomi. Awalnya, astronomi di Cina digunakan untuk mengatur waktu. Orang Cina menggunakan kalender lunisolar. Namun, kerena perputaran matahari dan bulan berbeda, para ahli astronomi Cina sering menyiapkan kalender baru dan membuat observasi.

B. Perkembangan Astrnomi Pada Abad Pertengahan

Astronomi Islam Setelah runtuhnya kebudayaan Yunani dan Romawi pada abad pertengahan, maka kiblat kemajuan ilmu astronomi berpindah ke bangsa Arab. Astronomi berkembang begitu pesat pada masa keemasan Islam (8 - 15 M). Karya-karya astronomi Islam kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab dan dikembangkan para ilmuwan di Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol dan Asia Tengah.

Salah satu bukti dan pengaruh astronomi Islam yang cukup signifikan adalah penamaan sejumlah bintang yang menggunakan bahasa Arab, seperti Aldebaran dan Altair, Alnitak, Alnilam, Mintaka (tiga bintang terang di sabuk Orion), Aldebaran, Algol, Altair, Betelgeus.

Selain itu, astronomi Islam juga mewariskan beberapa istilah dalam `ratu sains' itu yang hingga kini masih digunakan, seperti alhidade, azimuth, almucantar, almanac, denab, zenit, nadir, dan vega. Kumpulan tulisan dari astronomi Islam hingga kini masih tetap tersimpan dan jumlahnya mencapaii 10 ribu manuskrip.

Ahli sejarah sains, Donald Routledge Hill, membagi sejarah astronomi Islam ke dalam empat periode. Periode pertama (700-825 M) adalah masa asimilasi dan penyatuan awal dari astronomi Yunani, India dan Sassanid. Periode kedua (825-1025) adalah masa investigasi besar-besaran dan penerimaan serta modifikasi sistem Ptolomeus. Periode ketiga (1025-1450 M), masa kemajuan sistem astronomi Islam. Periode keempat (1450-1900 M), masa stagnasi, hanya sedikit kontribusi yang dihasilkan.
Geliat perkembangan astronomi di dunia Islam diawali dengan penerjemahan secara besar-besaran karya-karya astronomi dari Yunani serta India ke dalam bahasa Arab. Salah satu yang diterjemahkan adalah karya Ptolomeus yang termasyhur, Almagest. Berpusat di Baghdad, budaya keilmuan di dunia Islam pun tumbuh pesat.

Sejumlah, ahli astronomi Islam pun bermunculan, Nasiruddin at-Tusi berhasil memodifikasi model semesta episiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Selain itu, ahli matematika dan astronomi Al-Khawarizmi, banyak membuat tabel-tabel untuk digunakan menentukan saat terjadinya bulan baru, terbit-terbenam matahari, bulan, planet, dan untuk prediksi gerhana.

Ahli astronomi lainnya, seperti Al-Batanni banyak mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu. Dia membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan dan menghitung secara lebih akurat sudut lintasan matahari terhadap bumi, perhitungan yang sangat akurat mengenai lamanya setahun matahari 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.

Astronom Islam juga merevisi orbit bulan dan planet-planet. Al-Battani mengusulkan teori baru untuk menentukan kondisi dapat terlihatnya bulan baru. Tak hanya itu, ia juga berhasil mengubah sistem perhitungan sebelumnya yang membagi satu hari ke dalam 60 bagian (jam) menjadi 12 bagian (12 jam), dan setelah ditambah 12 jam waktu malam sehingga berjumlah 24 jam.

Buku fenomenal karya Al-Battani pun diterjemahkan Barat. Buku 'De Scienta Stelarum De Numeris Stellarum' itu kini masih disimpan di Vatikan. Tokoh-tokoh astronomi Eropa seperti Copernicus, Regiomantanus, Kepler dan Peubach tak mungkin mencapai sukses tanpa jasa Al-Batani. Copernicus dalam bukunya 'De Revoltionibus Orbium Clestium' mengaku berutang budi pada Al-Battani.

Dunia astronomi juga tak bisa lepas dari bidang optik. Melalui bukunya Mizan Al-Hikmah, Al Haitham mengupas kerapatan atmofser. Ia mengembangkan teori mengenai hubungan antara kerapatan atmofser dan ketinggiannya. Hasil penelitiannya menyimpulkan ketinggian atmosfir akan homogen di ketinggian lima puluh mil.

Teori yang dikemukakan Ibn Al-Syatir tentang bumi mengelilingi matahari telah menginspirasi Copernicus. Akibatnya, Copernicus dimusuhi gereja dan dianggap pengikut setan. Demikian juga Galileo, yang merupakan pengikut Copernicus, secara resmi dikucilkan oleh Gereja Katolik dan dipaksa untuk bertobat, namun dia menolak.

Menurut para ahli sejarah, kedekatan dunia Islam dengan dunia lama yang dipelajarinya menjadi faktor berkembangnya astronomi Islam. Selain itu, begitu banyak teks karya-karya ahli astronomi yang menggunakan bahasa Yunani Kuno, dan Persia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab selama abad kesembilan. Proses ini dipertinggi dengan toleransi terhadap sarjana dari agama lain. Sayang, dominasi itu tak bisa dipertahankan umat Islam.

Ilmuwan Islam begitu banyak memberi kontribusi bagi pengembangan dunia astronomi. Buah pikir dan hasil kerja keras para sarjana Islam di era tamadun itu diadopsi serta dikagumi para saintis Barat. Inilah beberapa ahli astronomi Islam dan kontribusi yang telah disumbangkannya bagi pengembangan `ratu sains' itu.

1. Al-Battani (858-929).

Sejumlah karya tentang astronomi terlahir dari buah pikirnya. Salah satu karyanya yang paling populer adalah al-Zij al-Sabi. Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama beberapa abad, selepas Al-Battani meninggal dunia. Ia berhasil menentukan perkiraan awal bulan baru, perkiraan panjang matahari, dan mengoreksi hasil kerja Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu. Al-Battani juga mengembangkan metode untuk menghitung gerakan dan orbit planet-planet. Ia memiliki peran yang utama dalam merenovasi astronomi modern yang berkembang kemudian di Eropa.

2. Al-Sufi (903-986 M)

Orang Barat menyebutnya Azophi. Nama lengkapnya adalah Abdur Rahman as-Sufi. Al-Sufi merupakan sarjana Islam yang mengembangkan astronomi terapan. Ia berkontribusi besar dalam menetapkan arah laluan bagi matahari, bulan, dan planet dan juga pergerakan matahari. Dalam Kitab Al-Kawakib as-Sabitah Al-Musawwar, Azhopi menetapkan ciri-ciri bintang, memperbincangkan kedudukan bintang, jarak, dan warnanya. Ia juga ada menulis mengenai astrolabe (perkakas kuno yang biasa digunakan untuk mengukur kedudukan benda langit pada bola langit) dan seribu satu cara penggunaannya.

3. Al-Biruni (973-1050 M)

Ahli astronomi yang satu ini, turut memberi sumbangan dalam bidang astrologi pada zaman Renaissance. Ia telah menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi dan membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia. Dari 150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya didedikasikan untuk bidang astronomi.

4. Ibnu Yunus (1009 M)

Sebagai bentuk pengakuan dunia astronomi terhadap kiprahnya, namanya diabadikan pada sebuah kawah di permukaan bulan. Salah satu kawah di permukaan bulan ada yang dinamakan Ibn Yunus. Ia menghabiskan masa hidupnya selama 30 tahun dari 977-1003 M untuk memperhatikan benda-benda di angkasa. Dengan menggunakan astrolabe yang besar, hingga berdiameter 1,4 meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu catatan mengenai kedudukan matahari sepanjang tahun.

5. Al-Farghani

Nama lengkapnya Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia merupakan salah seorang sarjana Islam dalam bidang astronomi yang amat dikagumi. Beliau adalah merupakan salah seorang ahli astronomi pada masa Khalifah Al-Ma'mun. Dia menulis mengenai astrolabe dan menerangkan mengenai teori matematik di balik penggunaan peralatan astronomi itu. Kitabnya yang paling populer adalah Fi Harakat Al-Samawiyah wa Jaamai Ilm al-Nujum tentang kosmologi.

6. Al-Zarqali (1029-1087 M)

Saintis Barat mengenalnya dengan panggilan Arzachel. Wajah Al-Zarqali diabadikan pada setem di Spanyol, sebagai bentuk penghargaan atas sumbangannya terhadap penciptaan astrolabe yang lebih baik. Beliau telah menciptakan jadwal Toledan dan juga merupakan seorang ahli yang menciptakan astrolabe yang lebih kompleks bernama Safiha.

7. Jabir Ibn Aflah (1145 M)

Sejatinya Jabir Ibn Aflah atau Geber adalah seorang ahli matematik Islam berbangsa Spanyol. Namun, Jabir pun ikut memberi warna da kontribusi dalam pengembangan ilmu astronomi. Geber, begitu orang barat menyebutnya, adalah ilmuwan pertama yang menciptakan sfera cakrawala mudah dipindahkan untuk mengukur dan menerangkan mengenai pergerakan objek langit. Salah satu karyanya yang populer adalah Kitab al-Hay'ah.

C. Perkembangan Ilmu Astronomi Pada Zaman Modern

Perkembangan astronomi pada zaman modern sudah sangat pesat sekali. Ssebagai bukti pesatnya perkambangan astronomi adalah banyaknya penemuan-penemuan benda-benda luar angkasa seperti halnya planet-planet baru dan galaksi-galaksi baru. Dengan adanya peralatan yang canggih yang telah diciptakan para ilmuan khususunya ilmuan barat sangat mendukung perkembangan ilmu astronomi. Seperti halnya satelit-satelit NASA yang diterbangkan ke luar angkasa sangatlah mendukung untuk pengamatan fenomena luar angkasa.

Para pakar astronomi pada zaman sekarang sudah mulai meneliti keadaan planet-planet luar angkasa dengan menerbangkan beberapa astronot untuk melakukan obserfasi ke planet-planet sebagai salah satu contohnya adalah planet mars. Planet merah (Mars) merupakan planet yang mendapatkan konsentrasi penuh dari para astronom. Bahkan mereka sampai membuat sebuah robot yang mampu menelusuri dataran Mars. Nasa Phoenix berhasil mendarat di Mars pada bulan Mei lalu. Dari sinilah diketahui bahwa planet Mars mampu dihidupi oleh manusia karena terdapat sumber air di dalamnya.

D. Perkembangan Ilmu Astronomi Di Indonesia

Sejarah telah mencatat, geliat penerapan astronomi di kepulauan Nusantara telah ada sejak beberapa abad silam. Penanggalan kalender jawa, penentuan musim hujan, kemarau, panen, dan ritual kepercayaan lain yang menggunakan peredaran gerak benda langit sebagai acuan. Bahkan, mengutip sebuah lagu “nenek moyangku seorang pelaut”, mereka pun mahir menggunakan rasi-rasi bintang sebagai penunjuk arah.

Zaman beranjak ke masa kerajaan Hindu-Budha, dimana candi-candi dibangun berdasarkan letak astronomis. Candi-candi di daerah Jawa Tengah dibangun dengan menghadap ke arah terbitnya Matahari, timur. Sedangkan bangunan candi di Jawa Timur, menghadap ke barat, dimana Matahari terbenam. Meski begitu, ada sedikit perbedaan dengan candi kebesaran rakyat Indonesia, Candi Borobudur, yang dibangun menghadap ke arah utara-selatan tepat pada sumbu rotasi Bumi. Gunadharma, yang membangun Candi Borobudur memakai patokan bintang polaris yang pada masa dinasti Syailendra masih terlihat dari Pulau Jawa.

Mulai abad ke 18, perjalanan Astronomi Indonesia telah beranjak ke arah yang lebih empiris. Pada masa itu, masyarakat dunia belum tahu jarak Bumi-Matahari. Halley, yang telah menemukan cara untuk menentukan paralaks Matahari, membutuhkan pengamatan di tempat yang berbeda-beda. Dengan menggunakan hukum Kepler, ia telah menghitung akan terjadinya transit Venus pada tahun 1761 dan 1769. Dan pengamatan fenomenal itu dilakukan di Batavia (Jakarta), di sebuah Planetarium pribadi milik John Mauritz Mohr, seorang pendeta Belanda kelahiran Jerman. Selain Mohr, Astronom Perancis De Bougainvile juga melakukan pengamatan transit Venus pada tahun 1769. Dari hasil pengamatan diperoleh gambaran transit Venus yang kemudian dipublikasikan dalam Philosophical Transaction.

Tahun 1920, berdirilah Nederlandch Indische Sterrenkundige Vereeniging (Perhimpunan Ilmu Astronomi Hindia Belanda) yang dipelopori oleh Karel Alber Rudolf Bosscha. Yang mencetuskan didirikannya sebuah observatorium untuk memajukan ilmu astronomi di Hindia Belanda. Butuh usaha yang tidak mudah untuk mendirikan observatorium yang sekarang terletak di daerah Lembang, arah utara Kota Bandung itu. Mulai dari penelitian lokasi yang tepat untuk pengamatan, hingga perjalanan teleskop “Meredian Circle” dan “Carl Zeiss Jena”. Pembangunan Observatorium dimulai pada tahun 1922 di atas tanah pemberian kakak beradik “Ursone” seluas 6 hektar. Hingga akhirnya teleskop besar Zeiss mulai berfungsi pada tahun 1928. Beberapa bulan setelah instalasi teleskop, K.A.R. Bosscha meninggal, dan observatorium itu dinamai Observatorium Bosscha.
Kini, observatorium bersejarah itu sudah berusia hampir 80 tahun.

Di usianya yang mulai senja, Observatorium Bosscha telah menorehkan banyak catatan ke-astronomian. Sebagai contoh, penemuan planetary nebula di daerah langit selatan, 50% ditemukan di observatorium milik Indonesia ini. Ditambah dengan pengamatan-pengamatan lain seperti gerhana Matahari total pada tahun 1930, dimana Einstein duduk dalam komitenya untuk membuktikan Teori Relativitas Umum Einstein. Dan keikutsertaan Observatorium Bosscha dalam pendidikan ilmu pengetahuan alam, dengan mengadakan jurusan Astonomi di ITB pada tahun 1959.
Minat masyarakat terhadap ilmu yang menjadi “anak tiri” di Indonesia ini telah meningkat selama beberapa tahun terakhir.

Melihat antusiasnya masyarakat dan media ketika terjadi fenomena langit yang jarang terjadi seperti saat melintasnya komet Halley (1986), oposisi Mars (2003), transit Venus (2004), dan lainnya. Juga dengan terbentuknya perkumpulan-perkumpulan pecinta Astronomi yang mulai marak. Dan beberapa media di dunia maya mulai dari millis, website, forum diskusi dan banyak blog yang berisikan info-info Astronomi.

Secara Internasional, astronomi di Indonesia pun sudah ‘cukup dipandang’. Terbukti dengan dipercayanya Indonesia menjadi tuan rumah APRIM, ajang berkumpulnya para astronom dunia, pada tahun 2005 silam, juga sebagai tuan rumah olimpiade Astronomi Internasional tahun 2008 mendatang. Belum lagi banyaknya siswa yang membawa pulang medali ke tanah air, hasil dari pertarungan mereka dalam Olimpiade Astronomi Internasional maupun Olimpiade Astronomi Asia Pasific.

Kini, setelah melihat perkembangan ilmu Astronomi yang cukup pesat, akankah pemerintah lebih memperhatikan perkembangan ilmu alam ini? Seperti sudah menjadi hal umum jika ilmu alam kurang diperhatikan di negara tercinta ini. Padahal, sangatlah penting untuk membuka kesadaran sains di mata masyarakat Indonesia. Agar menjadi masyarakat yang cinta ilmu, yang bisa banyak membaca dari alam sekitarnya, dari tingginya langit hingga dalamnya lautan.

Kita bisa mencotoh negara-negara maju seperti Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) ataupun Badan Antariksa Eropa (ESA), yang menyiapkan divisi khusus untuk pelayanan informasi Astronomi bagi publik. Mulai dari informasi informal hingga terprogram seperti pelatihan guru sekolah dan bantuan implementasi kurikulum ilmu pengetahuan alam. Memasukkan astronomi dalam kurikulum pelajaran siswa sekolah, mengapa tidak?

Indonesia, yang terbentang dari Sabang sampai Merauke hanya memiliki sedikit sekali fasilitas astronomi. Hampir semua kegiatan astronomi terpusat di Observatorium Bosscha dan Planetarium Jakarta. Ide pembuatan observatorium di daerah-daerah terpencil sudah ada sejak dulu. Yang sudah mulai berjalan seperti

Planetarium di Palembang dan Tenggarong, Kalimantan. Juga adanya rencana menjadikan Pulau Biak sebagai tempat peluncuran satelit. Para pecinta Astronomi dan masyarakat Indonesia pada umumnya, memiliki mimpi agar dapat dibangun lagi observatorium-observatroium di daerah-daerah ataupun pulau-pulau terpencil lainnya. Selain belum banyak terjamah manusia, hingga tingkat polusinya kecil dan memungkinkan untuk melihat langit sangat cerah, pembangunan fasilitas astronomi itu juga menjadi sebuah ajang penyebaran pendidikan sains yang tentunya dapat mengurangi tingkat kebodohan masyarakat Indonesia.

Pemerintah Indonesia dan para pecinta Astronomi dapat bekerja sama dalam menyebarkan ilmu astronomi. Dengan tersedianya fasilitas media yang cukup banyak, keinginan adanya majalah atau tabloid astronomi tentunya mimpi yang harus diwujudkan. Kesediaan pemerintah untuk menyokong dana riset ataupun kegiatan keilmuan ini juga sangatlah diharapkan.